Nomor Barang :
Waterborne Acrylic Polyol Dispersion For Industrial Paints & Wood CoatingAplikasi :
Suitable For Various high performance Water Based Industrial Paints & Wood CoatingFitur Khusus :
Excellent adhesion ,flexbility,gloss and anti-abrasion,fullnessDeskripsi Produk
Dalam dunia teknologi pelapis yang dinamis, resin hidroksi akrilik berbasis air telah muncul sebagai kelas material yang penting, terutama dalam konteks pelapis dua komponen (2K). Resin hidroksi akrilik, yang dicirikan oleh keberadaan gugus fungsi hidroksil (-OH) pada struktur molekulnya, telah menjadi landasan industri pelapis selama beberapa dekade. Munculnya resin berbasis air ini tidak hanya merevolusi lanskap pelapis, tetapi juga merupakan langkah signifikan menuju solusi pelapis yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Istilah "resin hidroksi akrilik" mencakup spektrum polimer yang luas dengan bobot molekul, struktur, dan kerapatan gugus fungsi yang bervariasi. Resin-resin ini dapat disintesis melalui berbagai teknik polimerisasi, menghasilkan beragam produk yang disesuaikan dengan aplikasi pelapisan tertentu. Ketika diformulasikan menjadi pelapis dua komponen, resin hidroksi akrilik bereaksi dengan zat pengawet, biasanya isosianat untuk pelapis poliuretan atau resin amino untuk sistem pemanggangan, untuk membentuk jaringan polimer ikatan silang. Proses ikatan silang ini memberikan lapisan dengan sifat mekanik, kimia, dan fisik yang lebih baik, sehingga cocok untuk beragam aplikasi industri, otomotif, dan konsumen.
Pergeseran ke sistem berbasis air dalam industri pelapis didorong oleh beberapa faktor. Peraturan lingkungan yang ketat yang bertujuan mengurangi emisi senyawa organik volatil (VOC) telah membuat pelapis berbasis pelarut kurang diminati. Di sisi lain, pelapis berbasis air menawarkan alternatif VOC rendah tanpa mengorbankan kinerja. Resin akrilik hidroksi, dalam bentuk berbasis airnya, telah terbukti sangat adaptif terhadap tren ramah lingkungan ini. Resin ini dapat diformulasikan untuk memenuhi tuntutan kinerja berbagai substrat sekaligus meminimalkan dampak lingkungan yang terkait dengan aplikasi pelapis.
Eksplorasi komprehensif resin hidroksi akrilik berbasis air dalam pelapis dua komponen ini akan mendalami struktur kimianya, metode sintesisnya, sifat-sifat utamanya, dan aplikasinya di berbagai jenis substrat. Dengan memahami nuansa resin ini, para perumus pelapis, produsen, dan pengguna akhir dapat membuat keputusan yang tepat tentang pemanfaatannya, yang mengarah pada pengembangan solusi pelapis berkinerja tinggi dan berkelanjutan.
Resin akrilik hidroksi, pada dasarnya, adalah polimer yang berbasis monomer akrilik. Struktur dasar monomer akrilik terdiri dari gugus vinil (CH₂=CH₂) yang terikat pada gugus karboksil (-COOH) atau gugus fungsi lainnya. Dalam resin akrilik hidroksi, monomer yang mengandung gugus hidroksil dimasukkan ke dalam tulang punggung atau rantai samping polimer. Monomer yang umum mengandung hidroksil meliputi hidroksi etil akrilat (HEA), hidroksipropil akrilat (HPA), hidroksi etil metakrilat (HEMA), dan hidroksipropil metakrilat (HPMA).
Di mana R dapat berupa gugus yang terfungsionalisasi oleh hidroksil seperti -CH_2CH_2OH (dari HEA) atau -CH(CH_3)CH_2OH (dari HPA). Keberadaan gugus hidroksil ini sangat penting karena merupakan situs reaktif yang berperan dalam reaksi ikatan silang ketika resin diformulasikan menjadi sistem pelapis dua komponen.
Berat molekul dan distribusi resin hidroksi akrilik dapat sangat bervariasi, bergantung pada metode sintesis dan tujuan aplikasi. Resin dengan berat molekul lebih tinggi umumnya memberikan integritas film dan sifat mekanis yang lebih baik, sementara resin dengan berat molekul lebih rendah dapat menawarkan kelarutan dan reaktivitas yang lebih baik. Derajat polimerisasi (n) dalam rumus di atas menentukan berat molekul polimer.
Selain gugus hidroksil, gugus fungsi lain dapat diintegrasikan ke dalam struktur polimer akrilik. Gugus karboksil, misalnya, sering terdapat dalam resin hidroksi akrilik. Gugus karboksil ini dapat meningkatkan kelarutan resin dalam air, terutama ketika dinetralkan dengan amina. Gugus ini juga berkontribusi pada sifat adhesi resin ke berbagai substrat. Keseimbangan antara gugus hidroksil dan karboksil, beserta gugus fungsi potensial lainnya, dikontrol secara cermat selama sintesis untuk mencapai sifat yang diinginkan pada lapisan akhir.
Polimerisasi emulsi adalah salah satu metode paling umum untuk mensintesis resin hidroksi akrilik berbasis air, terutama untuk memproduksi lateks hidroksi akrilik. Dalam proses ini, monomer akrilik, termasuk yang memiliki fungsi hidroksil, didispersikan dalam air bersama dengan zat pengemulsi (surfaktan) dan inisiator yang larut dalam air.
Agen pengemulsi berperan penting dalam menstabilkan tetesan monomer dalam fase air. Agen ini membentuk misel di dalam air, tempat tetesan monomer terdispersi. Inisiator yang larut dalam air terurai pada suhu yang sesuai untuk menghasilkan radikal bebas. Radikal bebas ini memulai reaksi polimerisasi di dalam tetesan monomer atau di dalam misel.
Reaksi berlangsung dalam beberapa tahap. Awalnya, radikal bebas bereaksi dengan monomer membentuk rantai polimer pendek. Seiring berlangsungnya reaksi, rantai ini tumbuh dan bergabung dengan rantai atau monomer lain. Rantai polimer yang tumbuh distabilkan di dalam misel atau tetesan monomer oleh agen pengemulsi.
Keunggulan polimerisasi emulsi untuk memproduksi resin hidroksi akrilik berbasis air sangat beragam. Proses ini memungkinkan sintesis polimer dengan berat molekul tinggi, yang bermanfaat untuk pembentukan film dan sifat mekanis. Proses ini relatif sederhana dan dapat ditingkatkan untuk produksi industri. Selain itu, karena air merupakan fase kontinu, resin yang dihasilkan memiliki kandungan VOC yang rendah.
Namun, terdapat pula beberapa tantangan terkait polimerisasi emulsi. Keberadaan surfaktan terkadang dapat menyebabkan masalah seperti pembentukan busa selama aplikasi pelapisan. Migrasi surfaktan dalam film kering juga dapat memengaruhi sifat-sifat film, seperti kilap dan ketahanan airnya. Untuk mengatasi masalah ini, sistem pengemulsi canggih dan proses pasca-perlakuan sering digunakan.
Untuk produksi dispersi hidroksi akrilik (juga dikenal sebagai dispersi sekunder), proses dua tahap sering digunakan. Pertama, polimerisasi larutan dilakukan dalam pelarut organik. Pada tahap ini, monomer akrilik, termasuk monomer yang mengandung hidroksil, dipolimerisasi dengan adanya inisiator terlarut dalam pelarut organik seperti xilena atau butil asetat.
Reaksi polimerisasi larutan serupa dengan polimerisasi radikal bebas tradisional, dengan inisiator menghasilkan radikal bebas yang memicu pertumbuhan rantai polimer dari monomer. Setelah berat molekul dan struktur polimer yang diinginkan tercapai, larutan yang dihasilkan kemudian diemulsi untuk mengubahnya menjadi sistem berbasis air.
Tahap emulsifikasi ini biasanya melibatkan penambahan zat pengemulsi dan air ke dalam larutan polimer. Campuran tersebut kemudian mengalami gaya geser tinggi, misalnya dengan menggunakan mixer berkecepatan tinggi atau homogenizer. Proses ini memecah larutan polimer menjadi tetesan-tetesan kecil, yang kemudian terdispersi dalam fase air, membentuk dispersi yang stabil.
Dispersi akrilik hidroksi yang dibuat dengan cara ini memiliki beberapa keunggulan. Dispersi ini umumnya memiliki berat molekul yang lebih rendah dibandingkan dengan yang diperoleh dari polimerisasi emulsi, sehingga menghasilkan kompatibilitas yang lebih baik dengan beragam agen pengawet. Ketiadaan surfaktan dalam jumlah yang signifikan (dibandingkan dengan polimerisasi emulsi) dapat menghasilkan sifat film yang lebih baik, seperti kilap yang lebih tinggi dan ketahanan air yang lebih baik. Namun, penggunaan pelarut organik pada tahap polimerisasi larutan awal menyebabkan resin ini mungkin memiliki kandungan VOC yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan resin yang diproduksi hanya melalui polimerisasi emulsi. Selain itu, proses dua tahap ini lebih kompleks dan mungkin memerlukan kontrol yang lebih presisi dibandingkan dengan proses polimerisasi emulsi satu tahap.
Dalam pelapis dua komponen, ikatan silang resin hidroksi akrilik berbasis air merupakan proses fundamental yang menentukan sifat akhir pelapis. Agen ikatan silang yang paling umum untuk resin hidroksi akrilik adalah isosianat, biasanya dalam bentuk poliisosianat. Ketika resin hidroksi akrilik berbasis air dan agen pengawet poliisosianat dicampur, terjadi reaksi kimia antara gugus hidroksil pada resin dan gugus isosianat pada agen pengawet.
Reaksi ini membentuk ikatan uretana (-NH-COO-), yang mengikat silang rantai polimer resin hidroksi akrilik, menciptakan struktur jaringan tiga dimensi. Laju reaksi ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk suhu, keberadaan katalis, dan rasio gugus hidroksil terhadap isosianat (umumnya disebut rasio NCO/OH).
Pada suhu ruangan, reaksi antara gugus hidroksil dan isosianat relatif lambat. Namun, penambahan katalis, seperti senyawa berbasis timah atau amina tersier, dapat mempercepat reaksi secara signifikan. Pemilihan katalis dan konsentrasinya perlu dioptimalkan secara cermat untuk memastikan proses curing yang tepat dalam jangka waktu yang diinginkan sekaligus menghindari masalah seperti overcuring atau gelasi prematur.
Rasio NCO/OH merupakan parameter krusial dalam formulasi pelapis dua komponen. Rasio 1:1 (rasio stoikiometri) seringkali dituju secara teori untuk memastikan reaksi sempurna dan kepadatan ikatan silang yang optimal. Namun, dalam praktiknya, kelebihan gugus isosianat (misalnya, rasio NCO/OH 1,1:1 hingga 1,5:1) seringkali digunakan. Kelebihan ini membantu memperhitungkan potensi reaksi samping, seperti reaksi isosianat dengan air yang terdapat dalam sistem (yang dapat menyebabkan pembentukan urea dan karbon dioksida), dan untuk memastikan bahwa semua gugus hidroksil terikat silang secara efektif.
Selain isosianat, resin amino juga dapat digunakan sebagai agen pengikat silang untuk resin hidroksi akrilik berbasis air, terutama dalam sistem pelapis pemanggangan. Resin amino, seperti resin melamin formaldehida atau resin urea formaldehida, bereaksi dengan gugus hidroksil pada resin hidroksi akrilik pada suhu tinggi. Reaksi ini melibatkan pembentukan ikatan eter antara resin dan resin amino, yang menghasilkan ikatan silang. Mekanisme pengikatan silang ini berbeda dari pembentukan uretan dengan isosianat dan menawarkan sifat-sifat unik pada lapisan, seperti kekerasan dan ketahanan kimia yang sangat baik, terutama dalam aplikasi yang memungkinkan proses curing suhu tinggi.
Proses pengeringan dan pengerasan lapisan dua komponen berbasis resin hidroksi akrilik berbasis air melibatkan serangkaian proses yang kompleks. Awalnya, air dalam formulasi lapisan mulai menguap. Proses ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti suhu lingkungan, kelembapan, dan sirkulasi udara. Seiring berkurangnya kadar air, partikel polimer dalam dispersi resin atau lateks mulai saling bersentuhan.
Pada lateks hidroksi akrilik (diproduksi melalui polimerisasi emulsi), partikel-partikel polimer mengalami deformasi dan koalesensi membentuk lapisan film yang kontinu. Proses koalesensi ini dibantu oleh keberadaan agen koalesensi, yaitu pelarut volatilitas rendah yang membantu melunakkan partikel polimer pada suhu ruangan, sehingga memungkinkan partikel-partikel tersebut mengalir dan menyatu. Seiring air terus menguap dan agen koalesensi secara bertahap menguap, lapisan film menjadi lebih padat.
Bersamaan dengan itu, reaksi ikatan silang antara resin hidroksi akrilik dan bahan pengawet (isosianat atau resin amino) dimulai. Dalam proses pengawetan isosianat, reaksi antara gugus -OH dan -NCO berlangsung, membentuk jaringan ikatan silang. Proses ikatan silang ini semakin memperkuat film dan memberikan sifat mekanik dan kimia akhirnya.
Dalam sistem pelapisan pemanggangan yang menggunakan resin amino sebagai pengikat silang, proses pengeringannya bergantung pada suhu. Pelapisan biasanya dipanggang pada suhu tinggi (berkisar antara 100°C hingga 200°C, tergantung formulasinya) selama periode tertentu. Pada suhu ini, reaksi antara gugus hidroksil pada resin akrilik hidroksi dan gugus fungsi pada resin amino diaktifkan, menghasilkan ikatan silang yang cepat dan pembentukan lapisan film yang keras dan tahan lama.
Integritas film dan sifat fisik pelapis berbahan dasar resin hidroksi akrilik berbasis air sangat bergantung pada kerapatan ikatan silang dan sifat rantai polimer. Kerapatan ikatan silang yang tinggi, yang dicapai melalui formulasi dan kondisi reaksi yang tepat, menghasilkan film yang lebih kaku dan kuat secara mekanis. Film semacam ini menunjukkan ketahanan yang sangat baik terhadap abrasi, goresan, dan benturan.
Kekerasan film merupakan sifat penting, terutama dalam aplikasi di mana lapisan tersebut kemungkinan besar akan mengalami tekanan mekanis. Pelapis berbasis resin akrilik hidroksi dapat diformulasikan untuk mencapai berbagai nilai kekerasan, mulai dari pelapis yang relatif lunak dan fleksibel yang cocok untuk substrat yang membutuhkan fleksibilitas tertentu (seperti plastik tertentu) hingga pelapis yang sangat keras untuk aplikasi seperti lantai industri atau pelapis atas otomotif. Kekerasan film berkaitan dengan kerapatan ikatan silang, dengan kerapatan ikatan silang yang lebih tinggi umumnya menghasilkan nilai kekerasan yang lebih tinggi.
Fleksibilitas merupakan sifat penting lainnya. Dalam beberapa aplikasi, seperti pelapisan pada substrat fleksibel seperti kulit atau jenis plastik tertentu, lapisan harus mampu ditekuk dan diregangkan tanpa retak. Resin akrilik hidroksi dapat dimodifikasi atau diformulasikan sedemikian rupa sehingga film yang dihasilkan memiliki keseimbangan yang tepat antara fleksibilitas dan kekerasan. Hal ini dapat melibatkan penggunaan monomer atau aditif spesifik yang meningkatkan fleksibilitas rantai polimer sekaligus memungkinkan ikatan silang yang memadai untuk mempertahankan sifat-sifat lain yang diinginkan.
Daya rekat film pada substrat juga merupakan aspek penting. Resin akrilik hidroksi, dengan gugus hidroksil dan karboksilnya, seringkali menunjukkan daya rekat yang baik pada berbagai substrat. Keberadaan gugus fungsi polar ini memungkinkan terjadinya interaksi antarmolekul dengan permukaan substrat, seperti ikatan hidrogen atau gaya van der Waals. Selain itu, persiapan permukaan substrat, seperti pembersihan, pengamplasan, atau pengaplikasian primer, dapat semakin meningkatkan daya rekat lapisan berbasis resin akrilik hidroksi.
Pelapis dua komponen berbasis resin hidroksi akrilik berbasis air dirancang untuk memberikan ketahanan yang baik terhadap air dan kelembapan. Jaringan polimer ikatan silang yang terbentuk selama proses pengeringan bertindak sebagai penghalang penetrasi molekul air. Keberadaan gugus hidrofobik dalam struktur polimer, yang dapat ditambahkan melalui pemilihan monomer selama sintesis, semakin meningkatkan ketahanan air.
Dalam aplikasi di mana lapisan terpapar kelembapan tinggi atau kontak langsung dengan air, seperti pada lapisan laut atau lapisan kamar mandi, ketahanan air lapisan tersebut sangatlah penting. Lapisan berbasis resin hidroksi akrilik yang diformulasikan dengan baik dapat mencegah air mencapai substrat, sehingga melindunginya dari korosi (pada substrat logam) atau degradasi (pada kayu atau substrat organik lainnya).
Namun, ketahanan air dari lapisan ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tingkat ikatan silang, keberadaan pengotor hidrofilik (seperti monomer yang tidak bereaksi atau surfaktan residu), dan jenis substrat. Lapisan dengan kepadatan ikatan silang yang lebih tinggi umumnya menawarkan ketahanan air yang lebih baik. Formulasi dan kontrol kualitas yang tepat selama proses produksi sangat penting untuk memastikan bahwa lapisan tersebut memenuhi standar ketahanan air yang dipersyaratkan.
Pelapis dua komponen berbasis resin akrilik hidroksi juga menunjukkan ketahanan yang baik terhadap berbagai macam bahan kimia. Struktur ikatan silang lapisan ini memberikan penghalang fisik yang dapat mencegah penetrasi zat kimia. Selain itu, sifat kimia rantai polimer dapat disesuaikan untuk menahan jenis bahan kimia tertentu.
Misalnya, dalam aplikasi industri di mana lapisan mungkin terpapar asam, alkali, pelarut, atau bahan kimia industri lainnya, pemilihan monomer dan agen pengikat silang dapat dioptimalkan untuk meningkatkan ketahanan kimia. Lapisan yang diformulasikan dengan monomer tertentu yang mengandung gugus fungsi tahan kimia, seperti monomer terfluorinasi atau yang mengandung silikon, dapat menawarkan ketahanan yang lebih baik terhadap lingkungan kimia tertentu.
Ketahanan lapisan terhadap bahan kimia dapat diuji menggunakan metode standar, seperti uji perendaman dalam larutan kimia selama periode tertentu, diikuti dengan evaluasi tampilan, daya rekat, dan integritas lapisan. Lapisan yang lulus uji ini dianggap cocok untuk aplikasi di lingkungan yang rentan terhadap paparan bahan kimia tersebut.
Salah satu keunggulan utama pelapis dua komponen berbasis resin hidroksi akrilik berbasis air adalah ketahanannya yang sangat baik terhadap radiasi ultraviolet (UV). Sinar UV dari sinar matahari dapat menyebabkan degradasi lapisan seiring waktu, yang menyebabkan masalah seperti memudarnya warna, pengapuran, dan hilangnya kilap. Resin hidroksi akrilik dapat diformulasikan dengan aditif atau monomer penyerap UV untuk meningkatkan ketahanannya terhadap UV.
Beberapa monomer yang digunakan dalam sintesis resin hidroksi akrilik, seperti yang mengandung benzotriazol atau gugus penstabil cahaya amina terhambat (HALS), dapat menyerap radiasi UV dan melepaskan energinya sebagai panas, sehingga mencegah kerusakan pada rantai polimer. Selain itu, struktur ikatan silang lapisan membantu menjaga integritasnya bahkan di bawah paparan sinar UV yang berkepanjangan.
Dalam aplikasi luar ruangan, seperti pelapis otomotif, pelapis arsitektur, dan pelapis kelautan, ketahanan UV sangatlah penting. Pelapis dengan ketahanan UV yang baik dapat mempertahankan tampilan dan sifat pelindungnya dalam jangka waktu yang lama, sehingga mengurangi kebutuhan pelapisan ulang dan perawatan yang sering.
Daya tahan jangka panjang pelapis dua komponen berbasis resin hidroksi akrilik berbasis air merupakan hasil dari sifat-sifat gabungannya, termasuk ketahanan kimia, ketahanan UV, dan integritas lapisan film yang baik. Selain tahan terhadap efek radiasi UV dan bahan kimia, pelapis ini juga dapat menahan keausan mekanis seiring waktu.
Jaringan polimer ikatan silang memberikan kekuatan dan ketangguhan pada lapisan, sehingga tahan terhadap abrasi dan benturan. Daya rekat lapisan pada substrat tetap stabil dalam jangka waktu lama, memastikan lapisan tidak terkelupas atau terkelupas. Daya tahan jangka panjang ini menjadikan pelapis berbasis resin akrilik hidroksi cocok untuk aplikasi yang membutuhkan perlindungan andal dan mempertahankan tampilannya selama bertahun-tahun, seperti pada pelapis infrastruktur atau pelapis otomotif kelas atas.
Dalam industri otomotif, pelapis dua komponen berbasis resin hidroksi akrilik berbasis air semakin populer. Pelapis ini digunakan dalam berbagai tahap pengecatan otomotif, termasuk aplikasi primer, cat dasar, dan cat bening.
Untuk primer otomotif, resin hidroksi akrilik menawarkan daya rekat yang sangat baik pada substrat logam. Gugus fungsi polar pada resin, seperti gugus hidroksil dan karboksil, dapat membentuk ikatan yang kuat dengan permukaan logam, memastikan primer melekat dengan kuat. Daya rekat ini krusial karena menyediakan dasar untuk lapisan cat berikutnya dan membantu mencegah korosi pada substrat logam.
Kesimpulan
Resin hidroksi akrilik berbasis air menawarkan solusi berkelanjutan dan berkinerja tinggi untuk berbagai aplikasi pelapisan. Kandungan VOC yang rendah, daya rekat yang sangat baik, daya tahan, ketahanan kimia, ketahanan cuaca, pengeringan cepat, dan daya tarik estetika menjadikannya pilihan ideal untuk kebutuhan pelapisan modern.
Peta Situs Blog Xml Kebijakan Privasi
Hak cipta
@ Runshine New Materials(FoShan) Co.,Ltd. Hak cipta dilindungi undang-undang.
DUKUNGAN JARINGAN
Tinggalkan pesan
Pindai ke Wechat :
Pindai ke WhatsApp :